Tren Makanan Cepat Saji dan Terlewatinya Waktu Makan Berkontribusi pada Anemia pada Remaja

2 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Malnutrisi

Tidak tersedianya nutrisi dan makanan bergizi tidak lagi menjadi penyebab utama anemia defisiensi zat besi di kalangan remaja, terutama dari daerah perkotaan dan makmur. Saat ini, melewatkan waktu makan reguler dan menggantinya dengan mengemil makanan cepat saji adalah alasan utama untuk rendahnya status zat besi. Hal ini benar terjadi, tren nasional menunjukkan peningkatan jumlah remaja perkotaan dan makmur terjerumus pada anemia defisiensi zat besi.

Pembahasan tentang anemia remaja diletakkan sebagai sorotan utama dalam lokakarya tingkat negara yang diselenggarakan sebagai bagian dari National Nutrition Week 2015 (Pekan Gizi Nasional) oleh the Food and Nutrition Board Puducherry, Ministry of Women and Child Development and the Department of Community Medicine, Indira Gandhi Medical College and Research Institute. Tema untuk National Nutrition Week 2015 kali ini adalah 'Gizi Lebih Baik: Kunci Perkembangan'. Lokakarya dihadiri oleh hampir 200 siswa keperawatan, tenaga kesehatan, dan mahasiswa kedokteran.

The 2005-06 National Family Health Survey (NFHS-3) menunjukkan bahwa 56% anak perempuan dan 30% anak laki-laki berusia 15 sampai 19 tahun menderita anemia. Jadi kondisi ini sungguh menyeramkan dimana anemia remaja di Union Territory of Puducherry menunjukkan angka yang tetap tinggi bahkan oleh hasil 2012-13 District Level Household and Facility Survey (DLHS-4) baru-baru ini. Menurut DLHS-4, 43,9% anak perempuan berusia antara 10 sampai 19 tahun dan 30% anak laki-laki terbukti anemia di Puducherry.

Kondisi wanita hamil tidak lebih baik dimana 53% dari mereka mengalami anemia selama kehamilan seperti yang ditunjukkan oleh DLHS-4. Menstruasi juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko untuk anemia di kalangan remaja perempuan. Selama kehamilan, anemia bisa menjadikan mahalnya perawatan karena bisa mengakibatkan komplikasi dan bahkan kematian ibu.

Sayangnya, status mikronutrien lainnya, yaitu seng, yodium, vitamin A dan folat juga rendah di kalangan remaja perempuan dan oleh karenanya kekurangan mereka disorot sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Dari semua mikronutrien, seng menjadi salah satu yang paling diperhatikan oleh ahli kesehatan gizi.

Oleh karena itu, tahun ini National Nutrition Week bertujuan untuk menciptakan kesadaran di antara berbagai profesional kesehatan. Dalam hal itu, workshop digelar untuk memberikan wawasan tentang penilaian status gizi, deteksi dini penyakit, menciptakan kesadaran tentang gizi di tingkat masyarakat, dan pencegahan penyakit tidak menular.

Sumber berita: -Klik di sini!