Apakah Komposisi Tubuh Menentukan Respon Otak Terhadap Makanan Pada Anak-Anak?

3 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Malnutrisi

Siapa yang tidak mengeluarkan air liur saat melihat dan mencium bau pizza yang dipanggang atau burger yang sedang disiapkan? Nah, ternyata respon otak anak-anak terhadap makanan dapat ditentukan oleh komposisi tubuh mereka. Menurut peneliti dari Penn State University, baik massa tubuh tanpa lemak maupun massa lemak tubuh terkait dengan bagaimana otak anak-anak menanggapi makanan.

Penelitian ini melibatkan 38 anak-anak usia 7 – 10 tahun dan orang tua mereka. Setiap keluarga berpartisipasi dalam total 5 kunjungan laboratorium. Komposisi tubuh anak diukur untuk mendapatkan massa tubuh tanpa lemak dan massa lemak tubuh. Mereka juga menjalani scan functional magnetic resonance imaging (fMRI), yaitu scan dari daerah otak yang disebut substansia nigra, untuk memastikan respon saraf ketika mereka melihat makanan dengan kandungan energi yang berbeda. Wilayah otak ini mengontrol fungsi belajar,pemberian penghargaan dan control motorik. Hasil penelitian ini akan dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan The Society for the Study of Ingestive Behavior (SSIB).

Para peneliti menemukan bahwa aktivasi saraf dari substansia nigra berbeda pada anak-anak dengan komposisi tubuh yang berbeda-beda. Mereka dengan massa bebas lemak yang lebih besar menunjukkan respon saraf yang lebih kuat ketika mereka melihat makanan berkalori tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki massa bebas lemak yang lebih rendah. Selain itu, anak-anak dengan massa lemak tubuh yang lebih tinggi memiliki aktivitas saraf yang lebih rendah ketika mereka melihat makanan sehat rendah kalori seperti sayuran, buah-buahan dan ayam panggang.

"Kami berpikir bahwa anak-anak dengan massa bebas lemak yang lebih besar mungkin memiliki respon pemberian penghargaan yang lebih besar untuk makanan berkalori tinggi. Hal ini karena mereka memiliki kebutuhan energi yang lebih besar dibandingkan anak-anak dengan massa bebas lemak yang lebih rendah. Massa bebas lemak menentukan berapa banyak kalori yang kita bakar setiap hari untuk memenuhi laju metabolism istirahat/ resting metabolic rate (RMR).

Anak-anak yang lebih besar membakar lebih banyak kalori, dan penelitian kami menemukan bahwa berbagai jenis makanan direspon secara berbeda oleh otak mereka. Menariknya, kami juga menemukan bahwa anak-anak dengan massa lemak tubuh yang lebih banyak, respon otaknya cenderung rendah terhadap makanan berkalori rendah, yang cenderung menjadi pilihan makanan yang sehat. Mungkin saja, anak-anak dengan massa lemak tubuh yang lebih tinggi menemukan bahwa makanan sehat tidak menarik. “Tapi kita belum tahu apakah memiliki lebih banyak massa lemak tubuh merupakan penyebab atau konsekuensi dari respon otak ini,” jelas para peneliti.

Kalori yang terkandung dalam makanan dan komposisi tubuh anak, tampaknya menjadi faktor penentu dalam memilih jenis makanan tertentu. Dengan bukti lebih lanjut, temuan ini dapat menjadi langkah menuju pemecahan masalah obesitas pada anak. Namun, para peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut demi menentukan bagaimana temuan ini berhubungan dengan asupan makanan pada anak-anak atau berat badan mereka dari waktu ke waktu.

Sumber berita : - Klik di sini!

http://www.medicalnewstoday.com/releases/296466.php