Penelitian: Pengaturan Diet Terletak Pada Otak (1)

2 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Malnutrisi

Musim liburan seperti saat ini mengakibatkan resolusi diet yang telah dirancang menjadi terlupakan. Namun, peneliti di Amerika memberikan suatu solusi untuk tetap menjaga makan yang sehat dan berat badan yang sehat. Studi yang ditemukan bahwa dietary self-control bergantung pada seberapa cepat otak menentukan apakah suatu makanan termasuk kedalam makanan sehat atau tidak. Hasil dari studi ini dipublikasikan pada jurnal ilmu psikologi.

Peneliti membuat suatu hipotesis bahwa seseorang biasanya membuat pilihan makanan utama mereka berdasarkan rasa, sementara itu, unsur kesehatan pada makanan menjadi pilihan terbelakang dalam proses penentuan keputusan.

Peneliti merekrut 28 sukarelawan yang telah berpuasa selama 4 jam kepada individu untuk menilai 160 jenis makanan dari skala -2 sampai 2. Mereka diminta untuk memberi nilai makanan berdasarkan unsur kesehatan, rasa dan seberapa keinginan mereka menyantap setiap makanan di akhir penelitian. Kemudian, peneliti secara acak memasangkan 280 makanan yang sama. Para peserta melihatnya dari layar computer dan diminta untuk menggunakan mouse untuk memilih makanan yang mereka inginkan dalam setiap pasangan.

Peneliti menggunakan pelacakan novel mouse dan teknologi statistik, untuk mengetahui waktu yang dihabiskan oleh sukarelawan, dengan skala milidetik, untuk membuat pilihan makanan berdasarkan rasa atau unsurkesehatan.

Peneliti menemukan bahwa rasa makanan mempengaruhi pemilihan peserta terhadap makanan 195 milidetik lebih awal dibandingkan aspek kesehatan. Mereka menemukan 32% dari peserta tidak memilih makanan berdasarkan informasi kesehatan. Selanjutnya, peserta dibagi menjadi 2 kelompok – mereka yang memilih makanan sehat mengindikasikan tingginya kendali diri, dan mereka yang memilih makanan tidak sehat mengindikasikan kendali diri yang rendah.

Mereka menemukan bahwa peserta dengan kendali diri yang tinggi mempertimbangkan informasi kesehatan dari makanan 323 milidetik lebih awal dibandingkan mereka yang kendali dirinya lebih rendah. Sehingga, semakin cepat seorang individu mempertimbangkan manfaat kesehatan dari makanan, mereka akan cenderung memilih makanan sehat.

Penelitian ini membuka kemungkinan membawa perubahan dalam pelabelan makanan. Peneliti menyarankan untuk membuat kandungan kalori dalam suatu produk menjadi lebih terliat untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh seseorang. Pemikiran yang cepat dalam kasus ini dapat menjadi suatu pilihan yang sehat.

Sumbe rberita:

http://www.medicalnewstoday.com/articles/2871 65.php