Health Economics - Indonesia Result

2 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Berat Badan Lahir Rendah

Sampai saat ini konsep Health Economics masih belum populer di Indonesia. Konsep ini melihat bagaimana efisiensi penatalaksanaan pada bidang kesehatan dilihat dari sudut pandang sektor ekonomi. Sampai sekarang ini sudah lebih dari 10 negara yang telah melakukan studi Health Economics termasuk Indonesia. Di Indonesia studi ini melibatkan Dr. dr. Zakiudin Munasir SpA(K) dari Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai primary investigator dan Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH SpOk sebagai co-investigator untuk aspek epidemiologi dan community medicine analysis.

Melalui acara Breakfast Symposium pada hari kedua KONIKA XVI Palembang yang dihadiri oleh lebih dari 100 orang dokter dari seluruh Indonesia. Pada acara ini dipresentasikan hasil Health Economics di Indonesia dengan DR. dr. Zakiudin Munasir Sp.A(K) sebagai pembicara dan Prof. Dr. Sofyan Ismael Sp.A(K) sebagai moderator.

Health Economics - Indonesia Result

Pada presentasinya yang berjudul Cost-of-Illness Analysis of Atopic Dermatitis Prevention in Indonesian Children: A Health Economics study result, Dr. dr. Zakiudin Munasir Sp.A(K) memaparkan bahwa peningkatan alergi terjadi di dunia, Asia bahkan Indonesia. Dermatitis atopik disebut sebagai jenis alergi yang sering kali muncul di masa awal kehidupan dan seperti diketahui 4 dari 10 anak yang terkena dermatitis atopik akan terkena rhinitis dan atau asma di kemudian hari. Sehingga pencegahan primer alergi harus dijadikan prioritas.

Health Economics - Indonesia Result

Dr. Zaki juga menyampaikan bahwa penggunaan 100% pHF-W di 17 minggu pertama kehidupan pada bayi yang tidak mendapatkan ASI atas indikasi medis dapat membantu menurunkan beban ekonomi yang diakibatkan oleh alergi bila dibandingkan dengan penggunaan susu formula standar.

Seperti yang diketahui melalui Studi German Infant Nutritional Intervention atau yang dikenal dengan studi GINI, pemberian formula pHF-W dapat membantu menurunkan risiko alergi sampai 6 tahun dibandingkan dengan susu formula standar. Berdasarkan pada studi tersebut, maka dikembangkan pendekatan konsep ekonomi yang diimplementasikan di Indonesia.

Melalui penelitian ini didapatkan hasil penghematan biaya sebesar US$ 385 dengan penggunaan pHF-W dibandingkan dengan susu formula standar pada 17 minggu pertama sebagai pencegahan primer dermatitis atopik. Penghematan biaya ini dinilai dari berbagai sisi, mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk formula, biaya visit ke dokter, obat-obatan, tes diagnostik, biaya perawatan serta indirect cost lainnya. Bahkan tidak hanya penghematan biaya yang didapatkan dari pencegahan primer menggunakan pHF-W tetapi juga dapat mengurangi jumlah kasus dermatitis atopik, menambah jumlah hari terbebas dari dermatitis atopik serta peningkatan kualitas hidup.