Garam, Gula, dan Lemak : Dimana dan Akan Kemana Perginya
Banyak program telah dibuat untuk mengurangi asupan gula, garam dan lemak dalam diet masyarakat Eropa serta untuk memotong laju kasus obesitas, diabetes dan penyakit jantung. Tapi tidak semua target telah dipenuhi sehingga menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan tenaga kesehatan tentang strategi di masa depan.
Meski langkah-langkah positif dalam mengurangi asupan garam, lemak dan gula di Eropa, terutama di Inggris, sudah mulai terlihat, banyak organisasi kesehatan dan pemerintah yang terus mendorong pengurangan asupan lebih lanjut. Namun, beberapa ahli diet dan pembuat kebijakan tidak yakin apakah pengurangan lebih lanjut akan meningkatkan kesehatan masyarakat serta percaya bahwa, dalam beberapa kasus, dapat lebih membahayakan daripada membuat baik.
"Orang-orang yang tidak memiliki pengalaman dalam dunia industri bertanya mengapa produsen makanan tidak mengurangi kadar garam lebih jauh, namun saya tidak yakin hal ini akan menyelamatkan nyawa atau meningkatkan kesehatan masyarakat," jelas ahli gizi dari Inggris, Dr Carrie Ruxton. "Garam juga memiliki peran fungsional dalam banyak makanan olahan seperti untuk membantu mengembangkan adonan roti dan mengawetkan daging. Pengurangan kadar garam lebih banyak dapat membahayakan kesehatan masyarakat.”
Dimana kita sekarang?
Sesuai dengan pedoman World Health Organisation (WHO) dan European Food Standards Association (EFSA), total konsumsi gula dan lemak di Inggris, yang laju insiden obesitasnya salah satu yang tertinggi di Eropa, masing-masing adalah sebesar 11% dan 35% dari daily calorific intake (DCI).
Namun berbeda dengan garam dan asam lemak jenuh, rata-rata konsumen di Inggris memakan garam 50% lebih banyak dari 5g per hari yang merupakan rekomendasi WHO, serta memakan lemak jenuh 4% lebih banyak dari anjuran 11% DCI setiap hari.
Walau demikian, Ruxton menyatakan, ketika membicarakan mengenai pengurangan kadar garam, industri telah bekerja keras dalam memenuhi target dan mungkin hampir tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan.
"Ketika Anda mengambil masalah dan memfokuskan diri padanya, Anda akan menemukan bahwa sebenarnya tidak banyak yang bisa dilakukan lagi oleh produsen makanan, terutama jika Anda mempertimbangkan bahwa sebagian besar sektor industri makanan di Inggris telah memenuhi standar terakhir dari Food Standards Agency mengenai kadar garam," katanya.
Hal yang sama dapat dikatakan untuk konsumsi gula. Sementara saat ini kadar gula berada pada tingkat yang relatif dapat diterima, WHO masih ingin menurunkan tingkatnya menjadi lebih rendah lagi dengan target 5% DCI. Ruxton menambahkan bahwa EFSA sebenarnya tidak setuju karena merasa tidak ada cukup bukti untuk melakukan pengurangan lebih jauh.
"Ini merupakan target yang mustahil dicapai, bahkan minum segelas jus buah akan membawa Anda melewati batas ini. Peran kita sebagai tenaga kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tidak mengomentari kebiasaan makan mereka jika kebiasaan tersebut tidak berbahaya," kata Dr Ruxton.
Fokus yang salah? Produsen harus tahu tentang serat
Ruxton menambahkan bahwa masalah utama dengan karbohidrat (termasuk gula dan pati) adalah efek yang mereka miliki pada indeks glikemik (kecepatan di mana kadar gula darah meningkat).
Ia mencatat bahwa penyerapan karbohidrat yang cepat akan berakibat pada cepatnya peningkatan kadar gula dalam darah. Namun, efek ini dapat dinetralkan dengan memperkenalkan lebih banyak serat dalam diet, daripada mengurangi asupan gula.
"Ketika kita makan karbohidrat, serat memperlambat penyerapan glukosa dalam saluran pencernaan. Ini berarti bahwa kadar gula darah setelah makan tidak akan naik terlalu tinggi sehingga membantu untuk mengurangi risiko diabetes tipe 2."
"Serat juga menurunkan indeks glikemik suatu makanan. Kita tidak perlu menurunkan asupan gula secara terus-menerus tetapi sebaliknya, perlu meningkatkan asupan serat. Produsen melek tentang serat."
Perdebatan tentang lemak?
Pengurangan asupan lemak adalah momok lain untuk Ruxton dengan alasan bahwa mengurangi asupan total lemak tidak serta merta meningkatkan kesehatan manusia, misalnya dengan menurunkan penyakit jantung.
Meski demikian, beralih ke lemak tak jenuh ganda yang lebih sehat, seperti rapeseed dan minyak zaitun, akan menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan serta akan meningkatkan profil nutrisi dari beberapa jenis makanan olahan.
"Masih ada perdebatan mengenai asupan lemak dan dampaknya pada penyakit jantung, tetapi bukti yang mengaitkan keduanya sama sekali tidak kuat," jelasnya. "Salah satu fakta yang benar-benar jelas adalah manfaat dari makan lemak yang sehat, dan ada bukti sangat kuat yang mendukung manfaat kesehatan dari kacang, biji dan minyak tanaman."
Tanggung jawab konsumen
Menurut Ruxton, konsumen juga perlu mengambil tanggung jawab untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri dengan catatan bahwa produsen makanan dan program pendidikan pemerintah telah memberikan mereka, alat untuk membuat keputusan tentang diet dan pola makan kesehatan.
“Jika konsumen masih memilih untuk makan makanan yang tinggi gula, garam dan lemak, tidak banyak yang bisa dilakukan siapapun untuk mencegahnya,” katanya.
"Kadar gula, lemak dan garam dalam makanan olahan telah menurun namun laju insiden diabetes tipe 2 terus meningkat. Hal ini lebih terkait dengan obesitas dan pilihan gaya hidup daripada diet," katanya lagi.
"Konsumen tidak ingin atau tidak punya waktu untuk memasak dari nol dan mereka sering beralih ke makanan siap saji dan makanan manis, yang saat ini jauh lebih terjangkau. Sungguh tidak adil untuk selalu fokus pada satu atau dua produk makanan walaupun sesungguhnya konsumen yang lebih sering membuat pilihan yang buruk."
Keterangan lebih lanjut dapat di klik di tautan di bawah ini :
http://www.foodnavigator.com/Science-Nutrition/Salt-sugar-and-fat-Where-are-we-now-and-where-can-we-go
If you liked this post you may also like

Bagaimana cara membuat pola makan anak lebih sehat dan berkelanjutan?

ESPGHAN 2023 - Dampak Positif Nutrisi Berbasis Makanan Nyata pada Anak dengan Gangguan Pencernaan

Pentingnya Memperhatikan Nutrisi Sehat dan Berkelanjutan bagi Anak-Anak

Jenis Persalinan dan Mikrobiota Usus Bayi - Sectio Caesaria atau Per Vaginam