Kopi dalam Jumlah Moderat Tidak Akan Menyebabkan Dehidrasi pada Pria Dewasa Muda yang Meminumnya Secara Teratur

4 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan

Sebuah tim peneliti dari Sekolah Ilmu Olahraga di Universitas Birmingham, Inggris, menemukan bahwa minum kopi dalam jumlah moderat setiap hari tidak menyebabkan dehidrasi pada pria dewasa muda. Tidak ada perbedaan dalam keseimbangan cairan tubuh antara konsumi kopi dan air. Para peneliti menunjukkan bahwa, walau konsumsi kafein dalam jumlah besar bisa mengakibatkan dehidrasi, minum kopi dalam jumlah sedang memberikan tingkat hidrasi yang sama dengan hidrasi minum air pada orang yang biasa minum kopi.

Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan - sekitar 60% pada rata-rata pria dewasa, tapi ini tergantung pada usia, jenis kelamin, dan status kesehatan. Agar organ tubuh dapat berfungsi dengan baik, keseimbangan cairan dalam tubuh diatur dengan seksama oleh berbagai hormon, dan jumlah cairan yang dikonsumsi mempengaruhi status hidrasi jaringan tubuh. Penting untuk menjaga cairan tubuh agar selalu dalam kisaran yang normal, dan dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan cairan sebanyak 1 - 3%. Walaupun belum ada consensus ilmiah mengenai kebutuhan cairan per hari, pedoman dari European Food Safety Authority (EFSA) tentang asupan air menganjurkan 2,5 liter per hari untuk pria dewasa sehat.

Komunitas ilmiah telah berdebat selama lebih dari 80 tahun mengenai apakah minuman berkafein, seperti kopi - secangkir rata-rata memiliki 100-140 miligram (mg) kafein - memiliki efek pada keseimbangan cairan. Kafein mempengaruhi hormon yang mengontrol keseimbangan cairan, dan, jika dikonsumsi dalam dosis besar (lebih dari 500 mg), ia memiliki efek diuretik (kehilangan cairan). Hal ini terutama terlihat pada orang yang tidak minum minuman berkafein secara teratur. Namun, tidak jelas apakah tubuh menjadi terbiasa dengan paparan kafein atau jika efek diuretiknya berkurang. Dalam hal ini, minum kopi akan menjaga status hidrasi tubuh bukan sebaliknya.

Para peneliti melakukan studi cross-over teracak pada 50 pria sehat (usia rerata 28 tahun) yang biasa meminum kopi (3-6 cangkir per hari). Dalam desain penelitian seperti ini, peserta menjalani dua uji coba, yang dalam hal ini berlangsung selama tiga hari. Dalam uji pertama, kelompok intervensi mendapat empat 200 mililiter (ml) cangkir kopi (kekuatan dikendalikan, mengandung 4 mg kopi per kilogram berat badan). Di sisi lain, kelompok kontrol, mendapat empat cangkir air (200 ml). Setelah 10 hari periode wash out, kedua kelompok berganti intervensi. Selama uji kedua, masing-masing peserta memiliki diet terkontrol yang ditentukan secara individual, berdasarkan pola makan dan minum normal mereka. Semua makanan dan minuman disediakan peneliti. Peserta membuat catatan harian mengenai apa yang mereka makan selama masa penelitian, sehingga para peneliti bisa menganalisis asupan makanan semua peserta. Secara bersamaan, status hidrasi peserta dinilai menggunakan berbagai teknik penilaian yang sudah divalidasi termasuk metode double-labeled water (hingga saat ini, tes tersebut merupakan tes yang paling dapat diandalkan untuk mengukur perubahan cairan tubuh), serta tes darah dan urine untuk mendeteksi adanay penanda hidrasi. Massa tubuh juga diukur sebelum dan sesudah intervensi.

Tidak ada perubahan signifikan dalam total cairan tubuh yang ditemukan antara konsumsi kopi dan air. Berat badan menunjukkan sedikit penurunan selama tiga hari pada kedua percobaan, tetapi perbedaan (0,2 %) tidak cukup signifikan untuk menunjukkan adanya dehidrasi. Penanda hidrasi dalam darah dan urine menunjukkan tidak ada perbedaan, kecuali adanya ekskresi natrium yang tinggi dalam urin pada kelompok peminum kopi dibandingkan dengan peminum air.

Temuan studi ini tidak mendukung gagasan bahwa minuman berkafein harus dihindari untuk memastikan status hidrasi yang sehat, setidaknya untuk laki-laki muda sehat yang minum kopi secara teratur. Tampaknya bahwa dalam subkelompok ini, minum kopi dalam jumlah moderat dapat benar-benar berkontribusi terhadap kebutuhan cairan sehari-hari tanpa mengorbankan status hidrasi yang cukup. Para peneliti menyatakan bahwa temuan mereka harus tercermin dalam pedoman kesehatan masyarakat mengenai hidrasi.

Penelitian lebih lanjut bisa di klik di tautan di bawah ini :

http://www.plosone.org/article/fetchObject.action?uri=info:doi/10.1371/journal.pone.0084154&representation=PDF