Penelitian : Pengaturan Diet Terletak pada Otak

2 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Mikrobiota Usus Malnutrisi

Makanan cepat saji merupakan hal yang dikenal berpengaruh dibalik obes dan kondisi gaya hidup lainnya. Kali ini, sebuah studi terbaru memberikan kita alasan lain untuk mengganti makanan cepat saji dengan masakan rumahan yang sehat, karena makanan cepat saji dapat mempengaruhi pertumbuhan akademik anak.

Peneliti Amerika dari Ohio State University mempublikasikan studinya pada jurnal Clinical Pediatrics. Mereka ingin menentukan apakah konsumsi makanan cepat saji mempengaruhi seberapa baik prestasi seorang anak di sekolah.

Mereka menganalisis data dari 11.740 siswa yang menjadi bagian dari Early Childhood Longitudinal Study-Kindergarten Cohort. Seluruh siswa bersekolah taman kanak-kanak disana pada tahun ajaran 1998-1999. Mereka mengisi kuesioner konsumsi makanan ketika mereka ada di kelas 5.

Peneliti menemukan bahwa hanya 29% anak dilaporkan tidak mengonsumsi makanan cepat saji dalam minggu dimana mereka mengisi kuesioner. Hampir 10% anak dilaporkan makan makanan cepat saji setiap hari, sedangkan 10% lain dilaporkan makan empat sampai enam kali seminggu. Sisa anak yang lain dilaporkan makan makanan cepat saji satu sampai tiga kali seminggu. Seluruh anak menyelesaikan tes dalam matematika, membaca, dan ilmu alam pada kelas lima dan juga ketika mereka berada pada kelas delapan.

Studi ini menemukan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji empat sampai enam kali seminggu atau setiap hari memiliki nilai matematika, membaca, dan ilmu alam 20% lebih rendah, dibandingkan mereka yang tidak makan makanan cepat saji. Anak-anak yang makan makanan cepat saji satu sampai tiga kali seminggu memiliki nilai yang lebih rendah hanya pada pelajaran matematika di kelas delapam dibandingkan dengan mereka yang tidak makan makanan cepat saji. Penemuan ini sangat tidak bergantung pada factor kontribusi potensial lain seperti waktu menonton TV dab status social ekonomi.

Peneliti melihat kekurangan zat gisi kognitif esensial, terutama zat besi, dalam makanan cepat saji yang dapat menjadi alasan penurunan akademis tersebut. Komentar lainnya dari hasil penelitian ini menurut mereka, “ Terdapat banyak bukti bahwa konsumsi makanan cepat saji berhubungan dengan obesitas pada anak, tetapi masalahnya tidak berhenti disini. Terlalu banyak mengandalkan makanan cepat saji dapat menurunkan kemampuan anak di kelas. Kami tidak mengatakan bahwa orang tua tidak boleh memberikan anaknya makanan cepat saji, tetapi hasil ini menyatakan bahwa konsumsi makanan cepat saji harus dibatasi sesedikit mungkin”.

Sumber

http://www.medicalnewstoday.com/articles/287414.php