2nd Asia Pacific Association of Pediatric Allergy, Respirology and Immunology (APAPARI)

4 min read /
Alergi Pertumbuhan & Perkembangan Mikrobiota Usus Malnutrisi

“Parallel Symposia: Health Economic Study”

2nd Asia Pacific Association of Pediatric Allergy, Respirology and Immunology (APAPARI)

Dalam rangkaian kegiatan APAPARI di Hotel Royal Ambarrukmo Plaza Yogyakarta, Nestle Nutrition Institute (NNI) berpartisipasi dalam Parallel Symposia yang digelar pada hari Rabu tanggal 8 Oktober 2014. Parallel Symposia menghadirkan dua pembicara yaitu DR. Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K) dari FKUI Jakarta dan Dr. Ray Basrowi, MKK dari NNI. Acara symposia dipandu oleh Prof. DR. Dr. Harsoyo Notoatmodjo, DTM&H, SpA(K) dari FK Undip Semarang selaku moderator. 

Sebagai pembicara pertama, Dr. Ray memaparkan tentang “Health Economics Study of Allergy Prevention in Indonesia: Background and Preliminary Result”. Health Economics Study sudah dilaksanakan di berbagai negara di antaranya Spanyol, Jerman, Denmark, Swiss, Australia, Thailand, Filipina dan saat ini sedang berlangsung di Indonesia, Malaysia dan Singapura. 

Secara umum, penelitian tentang Health Economics dilakukan untuk menerjemahkan manfaat kesehatan menjadi manfaat secara ekonomi, membandingkan biaya pencegahan dengan biaya pengobatan serta membantu memilih intervensi kesehatan atau intervensi nutrisi yang paling efektif dan efisien. Secara khusus, penelitian Health Economics terhadap pencegahan alergi ini bertujuan untuk mengetahui manfaat ekonomis dan dampak klinis pencegahan Dermatitis Atopi (DA) melalui penggunaan formula whey-parsial hidrolisa pada bayi-bayi berisiko tinggi di Indonesia. Instrumen yang digunakan adalah masalah alergi itu sendiri, analisa keefektifan biaya dan dampak biaya. 

Prevalensi alergi meningkat pesat pada anak-anak dan remaja. Dermatitis atopi saat ini menjadi gangguan umum pada anak-anak di Indonesia. Alergi merupakan penyakit kronik sehingga penanganannya akan berlangsung lama. Sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman, GINI (German Infant Nutrition), mengungkapkan bahwa penggunaan formula hidrolisa dapat menurunkan risiko dermatitis atopi hingga usia 10 tahun dibandingkan dengan susu sapi. Review sistematis pada tahun 2005 juga menyebutkan bahwa formula kasein ekstensif hidrolisa dan formula whey parsial hidrolisa merupakan alternatif yang baik untuk pencegahan alergi pada bayi yang berisiko jika karena alasan medis ASI tidak bisa diberikan kepada bayi.

Dr. Zakiudin sebagai pembicara kedua mengungkapkan fakta tentang “Cost-of-Illness Analysis of Atopic Dermatitis Prevention in Indonesian Children: A Health Economics study result”. Disebutkan oleh Dr. Zaki terkait dengan kualitas kehidupan anak dengan Dermatitis Atopi, bahwa ada korelasi positif antara kualitas kehidupan anak dengan tingkat keparahan penyakit. DA berdampak pada kehidupan anak, yang berpengaruh pada perilaku dan perkembangannya dalam jangka panjang. Alergi makanan secara tidak langsung berdampak pada kualitas kehidupan anak.

Etiologi DA dijelaskan sebagai berikut. Paparan terhadap allergen, seperti protein formula susu sapi standar dapat meningkatkan risiko DA pada bayi. Meskipun WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pertama kehidupan, formula susu sapi standar ini seringkali digunakan sebagai tambahan nutrisi maupun pengganti ASI. Pada bayi yang berisiko tinggi (misalkan, bayi yang orangtua atau saudara kandungnya memiliki riwayat alergi), paparan protein susu sapi ini dapat menyebabkan risiko DA semakin besar. 

Dampak ekonomis dari penyakit alergi ini mencakup berbagai hal baik biaya langsung medis, biaya langsung non-medis dan biaya-biaya lain yang tidak berhubungan langsung. Biaya langsung medis misalkan biaya rawat jalan atau rawat inap di rumah sakit, jasa Dokter, biaya obat dan diagnosa pendukung. Biaya langsung non-medis seperti biaya transportasi, biaya perawatan di rumah dan menu khusus yang harus disiapkan bagi pasien DA. Adapun biaya tidak langsung yang juga berpengaruh adalah kehilangan hari bekerja bagi orangtua yang sekaligus menurunkan pendapatan, kehilangan hari sekolah jika anak sudah bersekolah dan risiko kematian. 

Kedua presentasi tersebut menjawab sebuah pertanyaan penting “Apakah kita dapat berhemat dengan mencegah alergi sejak dini?” Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah lebih dari 6 tahun periode follow-up, penggunaan partial-hydrolyzed-whey formula (pHF-W) dibandingkan dengan susu sapi pada bayi-bayi yang berisiko tinggi menghasilkan data penghematan (IDR 35,224,788), terhindar dari kasus Atopi Dermatitis/AD (-14%), tambahan hari tanpa gejala AD (+38 days), tambahan tahun tanpa diagnosis AD (+0.69 tahun) dan peningkatan QALY (+0.05 QALYs). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pemberian formula pHF-W menjadi strategi efektif selain untuk menurunkan risiko AD juga untuk menghemat dana kesehatan pada bayi-bayi yang berisiko tinggi AD.