Penemuan Baru, Bakteri Usus Mungkin Dapat Menjadi Penyebab Gangguan Makan

2 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Mikrobiota Usus Malnutrisi

Meskipun banyak penelitian di bidang psikiatri, genetika dan neurobiologi, namun mekanisme molekuler di balik gangguan makan termasuk anoreksia, bulimia, dan makan berlebihan masih kurang dipahami. Perbedaan gangguan makan biasanya ditandai dengan disregulasi nafsu makan. Bukti terbaru menunjukkan protein yang dihasilkan oleh bakteri usus dapat terlibat dalam regulasi pengaturan nafsu makan.

Studi terbaru yang dikeluarkan jurnal Translational Psychiatry menemukan bahwa protein yang disebut ClpB dihasilkan oleh bakteri usus Escherichia coli meniru hormon kenyang manusia yaitu melanotropin. Menanggapi protein dari bakteri ini, tubuh kita memproduksi antibodi. Antibodi ini mengikat protein serta melanotropin karena homologi struktural dari ClpB, memodifikasi efek satiasi (kenyang). Akibatnya, sensasi kenyang yang baik dapat dicapai seperti yang terlihat pada anoreksia, atau tidak tercapai seperti yang terlihat pada gangguan bulimia atau makan berlebihan.

Untuk mencapai hasil untuk penemuan ini, para peneliti memodifikasi komposisi bakteri usus tikus ke dalam 2 kelompok. Kelompok 1 dipaparkan mutan E.coli yang tidak menmproduksi ClpB, sedangkan kelompok lainnya dipaparkan E .coli yang menghasilkan protein tersebut. Para peneliti menemukan bahwa asupan makanan dan kadar antibodi pada kelompok 1 tetap tidak berubah, sedangkan variasi dalam parameter ini terlihat pada kelompok 2.

Untuk mengkonfirmasi temuan ini pada manusia, para peneliti menganalisis data dari 60 pasien. Skala standar "Inventaris Gangguan Makan-2" digunakan untuk mendiagnosa pasien. Tingkat keparahan dari gangguan pasien tersebut dievaluasi berdasarkan kuesioner dengan topik yang berkaitan dengan perilaku dan emosi seperti keinginan menurunkan berat badan, bulimia, krisis paruh baya, dll

Setelah pengujian, ditemukan bahwa pasien ini memiliki kadar antibodi plasma tinggi terhadap protein ClpB dan melanotropin. Selain itu, respon kekebalan mereka membantu menentukan apakah mereka akan mengembangkan anoreksia atau bulimia. Temuan ini mengkonfirmasi keterlibatan protein ClpB bakteri dalam pengaturan nafsu makan.

Mengomentari temuan di studi ini, para peneliti mengatakan, "Kami saat ini bekerja untuk mengembangkan tes darah berdasarkan deteksi protein ClpB bakteri. Jika kami berhasil, kita akan mampu membangun perawatan yang bersifat personal dan spesifik untuk gangguan makan." Para peneliti secara bersamaan menguji peran antibodi tertentu dalam menetralisir protein bakteri pada tikus untuk memperbaiki cara kerja protein dan mencegah disregulasi nafsu makan.

Untuk rincian studi -Klik Here!

http://www.sciencedaily.com/releases/2014/10/141007103308.htm