Peran Probiotik Pada Alergi

2 min read /
Alergi Pertumbuhan & Perkembangan Mikrobiota Usus

Dipresentasikan oleh DR. Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K) pada Lokakarya Pro dan Kontra Probiotik di Hotel Double Tree Jakarta 10 Agustus 2014

Sistem kekebalan tubuh kita terdiri dari berbagai macam komponen, termasuk barrier fisik, kimia dan lainnya. Saat ini juga mulai dikenal satu jenis lagi yaitu barrier biologik yaitu adanya mikrobiota atau flora normal yang dapat melindungi tubuh kita dari berbagai macam mikroorganisme dan beberapa jenis protein seperti protein alergenik. Setiap antigen yang masuk akan direspon tubuh sesuai dengan jenisnya apakah ke Th1 yang lebih banyak mengarah ke infeksi atau Th2 yang lebih mengarah ke alergi. Penelitian probiotik terhadap penyakit alergi banyak ditujukan ke alergi makanan yang sering muncul sebagai dermatitis atopik.

Melihat penelitian Tang ML, 2010 dan juga penelitian serupa sebelumnya terlihat anak yang sering mendapatkan paparan dini misalnya terhadap tungau akan  memberikan pengaruh pencegahan alergi lebih baik dengan merangsang Th1 dan membantu menekan Th2. 

Beberapa penelitian mengenai pemberian probiotik pada ibu hamil dan diteruskan oleh bayinya yang berisiko tinggi alergi menunjukkan penurunan risiko alergi. Dimana probiotik pada ibu dapat menjadi cikal bakal kolonisasi probiotik pada bayinya yang akan ditransfer melalui jalan lahir dan juga melalui ASI.

Seperti yang kita ketahui perkembangan sistem imun juga terjadi dari usus, dimana dominasi sel-sel kekebalan tubuh sampai 80% berada di usus. Hadirnya probiotik disini dapat membantu memodulasi perkembangan sistem imun ini, baik spesifik maupun non-spesifik terutama melalui GALT.

Begitu juga beberapa penelitian lain yang membuktikan pengaruh positif probiotik untuk menurunkan risiko alergi pada bayi berisiko tinggi. Untuk terapi alergi sendiri berbagai penelitian masih bersifat kontroversi dimana terdapat penelitian yang menyatakan tidak ada pengaruh pemberian probiotik terhadap pengobatan alergi sementara beberapa penelitian lain menyatakan dapat memberikan pengaruh positif.

Satu hal yang ditekankan disini adalah penggunaan probiotik untuk membantu menurunkan risiko alergi masih bersifat strain-specific. Kita tidak bisa menyamaratakan semua jenis probiotik atau jumlah lebih banyak atau campuran lebih banyak akan memiliki pengaruh lebih baik atau lebih buruk terhadap penurunan risiko alergi. Selain itu faktor individu dan lingkungan juga memiliki peranan penting disini.

Sampai saat ini masih belum ada metode yang 100% efektif untuk mengurangi risiko alergi. Sehingga keberadaan probiotik dapat menjadi salah satu titik cerah. Pemakaian dimulai dari masa kehamilan dan dilanjutkan setelah bayi lahir diketahui lebih baik. Walaupun penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memperjelas fungsi probiotik baik dari strain, jumlah dan juga lama pemberian.