KONIKA XV – Palembang “Lunch Symposia: The Evolution of Probiotic Concept in Infant and Toddler Nutrition”
Dalam rangkaian kegiatan KONIKA XV di Palembang, Nestle Nutrition Institute (NNI) menyelenggarakan acara Lunch Symposia pada hari Selasa tanggal 26 Agustus 2014 dengan tema “The Evolution of Probiotic Concept in Infant and Toddler Nutrition”. Symposia ini menghadirkan 2 pakar dari luar negeri yaitu Prof. Yvan Vandenplas dari Belgia dan Prof. JB Van Goudoever dari Belanda. Acara ini dipimpin oleh Dr. Badriul Hegar, SpA(K), PhD sebagai moderator.
Prof Yvan menjadi pembicara pertama dalam symposia ini. Dalam presentasinya, Prof Yvan memaparkan “Probiotics in infant formula in term infants”. Paparan Prof Yvan diawali dengan fakta mengapa bayi yang diberi ASI memiliki kolonisasi usus yang didominasi oleh Bifidobacteria. ASI merupakan sumber bakteri aktif dan beragam termasuk Bifidobacteria dan Lactobacilus. Bakteri dalam ASI mengkolonisasi usus bayi yang diberikan ASI (transfer mikrobiota dari ibu ke bayi). ASI mengandung nutrisi untuk mendukung pertumbuhan Bifidobacteria dalam usus. Lebih jauh lagi, faktor lain yang mempengaruhi adalah kontak dengan mikrobiota ibu dalam vagina pada saat proses persalinan.
Strain probiotik yang sudah banyak digunakan adalah Bifidobacteria yaitu B. longum, B. breve, B. infantis (B. lactis, B. bifidum dan BB12); Lactobacilus yaitu L. casei, L. rhamnosus (GG), L. reuteri, L. plantarum; serta Yeast yaitu S. boulardii. Kick-off study tentang probiotik dilaksanakan di tahun 1994 yang meneliti strain B. bifidum dan S. thermophilus untuk diberikan pada bayi-bayi di rumah sakit untuk pencegahan diare. Penggunaan probiotik dalam pencegahan diare sudah banyak dilakukan uji coba klinis acak-kontrol pada bayi dan anak-anak dengan mengunakan berbagai strain probiotik, seperti B. lactis, L. rhamnosus GG dan jenis lactobacillus lainnya. Penelitian menunjukkan hasil yang signifikan bervariasi antara 15-75%, paling banyak dilaporkan adalah efek probiotik pada diare rotavirus.
Selanjutnya, Prof Yvan banyak memaparkan hasil-hasil penelitian penggunaan probiotik yang memberikan berbagai manfaat. Pemberian B. lactis dan GOS/FOS meningkatkan respon antibodi usus. Review sistematis uji acak-kontrol dengan memberikan BB12 dan LGG menunjukkan peningkatan berat badan dan IMT. Pemberian L. rhamnosus GG menurunkan risiko gangguan gastrointestinal nosocomial, episode diare dan infeksi saluran pernapasan. Konsumsi probiotik selama kehamilan dan menyusui juga bisa memberikan manfaat perlindungan imunomodulasi terhadap penyakit atopi pada bayi. L. rhamnosus juga menunjukkan manfaat dalam pencegahan eksim, dermatitis atopi dan alergi makanan. L. reuteri (DSM 17938) menunjukkan manfaat untuk kolik, konstipasi dan regurgitasi.
Terkait aspek efikasi, rekomendasi ESPGHAN mengungkapkan bahwa penggunaan B. Lactis – baik tunggal maupun kombinasi, mendukung pertumbuhan normal pada bayi sehat dan tidak ada efek negatif. Aspek keamanan dan efek klinis pada satu strain probiotik tidak boleh diekstrapolasi untuk strain lainnya. Adapun AAP merekomendasikan bahwa penambahan probiotik, termasuk B. lactis pada susu formula bayi tidak menunjukkan pengaruh yang buruk pada bayi yang sehat.
Pembicara kedua adalah Prof. JB Van Goudoever yang biasa dipanggil dengan nama Prof. Hans, memaparkan tentang “Latest clinical evidence and recommendation probiotics for preterm infants”. Paparan Prof. Hans berfokus pada bayi prematur dan resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Dari tahun 1995 ke tahun 2005-2007, angka harapan hidup bayi-bayi yang lahir sangat prematur meningkat. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi insiden NEC adalah kelahiran prematur, pemberian makanan enteral dan kolonisasi bakteri. Kolonisasi bakteria di usus pada bayi prematur berjalan lambat dengan jumlah bakteri lebih sedikit dan kurang beragam. Pola pemberian makan dapat mempengaruhi perkembangan NEC, dimana jenis nutrisi yang diberikan dapat mempengaruhi lapisan lendir (mucus) pada fungsi pertahanan usus. Probiotik memicu ekspresi Muc2 baik langsung maupun tidak langsung dengan mediasi dari butirat.
Apakah kita dapat memberikan probiotik pada bayi prematur untuk mencegah insiden NEC? Prof Hans menjelaskan bahwa NEC adalah penyakit yang disebabkan oleh multi-faktor dimana ketidakmatangan usus, bakteri dan nutrisi memiliki peranan penting. Modulasi flora bakteria memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap premeabilitas dan produksi lendir (mucus) di dalam usus. Populasi dengan resiko tinggi bisa jadi mendapatkan manfaat yang baik dari pemberian probiotik. Namun perlu diingat, bahwa strain dan dosis yang diberikan harus ditentukan berdasarkan bukti klinis. Beliau merekomendasikan bahwa probiotik tampak memiliki efek dalam menurunkan insiden NEC dan kematian pada tingkat yang lebih rendah, namun tidak ada efek yang berbeda pada sepsis. Tidak ada efek samping meskipun satu hal yang perlu dikhawatirkan adalah pemberian dosis tinggi dan strain tunggal dalam usus yang sedang berkembang. Untuk menentukan strain, bandingkan metode penelitian dengan kondisi lokal dan carilah penelitian dengan jumlah bayi paling banyak dan pengaruh terbesar. Satu hal lagi bahwa pengaruh ASI sangat besar dengan banyak manfaat lainnya untuk jangka panjang, untuk itu lakukan hal terbaik, memperbanyak donor ASI, misalkan.