Bagaimana Serat dapat Mencegah Diabetes dan Obesitas

3 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Mikrobiota Usus

Selama dua puluh tahun terakhir, para ilmuwan tahu bahwa diet kaya serat melindungi organisme melawan obesitas dan diabetes tetapi mekanisme yang terlibat sejauh ini tidak diketahui. Sebuah tim Prancis-Swedia termasuk peneliti dari CNRS, Inserm dan Université Claude Bernard Lyon 1 (Unité Inserm 855 "Nutrisi et Cerveau") telah berhasil menjelaskan mekanisme ini, yang ternyata melibatkan flora usus dan kemampuan usus untuk menghasilkan glukosa di antara waktu makan. Hasil penelitian ini, diterbitkan dalam jurnal Cell pada 9 Januari 2014, juga menjelaskan peran dari usus dan mikroorganisme yang terkait dalam menjaga kadar gula darah. Penelitian ini dapat dipakai untuk membuat rekomendasi diet yang baru untuk mencegah diabetes dan obesitas.

Kebanyakan buah manis dan banyak sayuran seperti salsify, kol atau kacang, kaya akan serat yang disebut serat yang dapat difermentasi. Serat tersebut tidak dapat dicerna langsung oleh usus tapi akan difermentasi oleh bakteri usus menjadi asam lemak rantai pendek seperti propionat dan butirat, yang sebenarnya bisa dipakai oleh tubuh kita. Dampak perlindungan dari serat ini sudah dikenal oleh peneliti: hewan yang diberi diet kaya serat menjadi lebih ramping dan kemungkinannya untuk menderita diabetes lebih kecil daripada hewan yang diberi diet bebas serat. Namun demikian, mekanisme di balik efek ini, sampai sekarang tetap menjadi misteri.

Tim yang dipimpin oleh Gilles Mithieux, peneliti CNRS di "Nutrition et Cerveau" Unit (Inserm / Université Claude Bernard Lyon 1), bertanya-tanya apakah mekanisme ini bisa dikaitkan dengan kapasitas usus untuk menghasilkan glukosa. Usus sebenarnya mampu mensintesis glukosa dan melepaskannya ke dalam aliran darah di antara waktu makan dan di malam hari. Namun, glukosa memiliki sifat tertentu: ia dapat dideteksi oleh saraf-saraf di dinding vena portal (vena yang mengumpulkan darah yang berasal dari usus), yang pada gilirannya mengirimkan sinyal ke otak.

Sebagai tanggapan, otak memicu berbagai efek perlindungan terhadap diabetes dan obesitas: sensasi kelaparan memudar, pengeluaran energi saat istirahat ditingkatkan dan, hati memproduksi lebih sedikit glukosa.

Dalam rangka untuk membuat hubungan antara serat yang dapat difermentasi dan produksi glukosa oleh usus, para peneliti memberi tikus percobaan diet yang diperkaya dengan serat yang dapat difermentasi, atau dengan propionat atau butirat. Mereka kemudian mengamati stimulasi kuat dari ekspresi gen dan enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis glukosa dalam usus. Mereka menemukan bahwa usus hewan-hewan ini mengunakan propionat sebagai prekursor untuk meningkatkan produksi glukosa. Tikus yang diberi diet kaya lemak dan gula, tetapi disuplementasi dengan serat, menjadi kurang gemuk dibanding tikus kontrol dan juga terlindung dari diabetes berkat peningkatan sensitivitas yang signifikan terhadap insulin.

Para peneliti mengulangi percobaan dengan tikus yang kemampuan ususnya untuk menghasilkan glukosa telah ditekan oleh rekayasa genetika. Efek perlindungan terhadap diabetes tidak nampak: tikus menjadi gemuk dan mengembangkan diabetes seperti tikus yang diberi diet bebas serat. Oleh karena itu, produksi glukosa oleh usus dari propionat dan butirat merupakan mekanisme dibalik efek positif dari serat yang dapat difermentasi pada organisme.

Terlepas dari mekanisme yang sebelumnya tidak diketahui ini, penelitian ini menyoroti peran flora usus yang, dengan memfermentasi serat makanan, menyediakan usus prekursor untuk menghasilkan glukosa. Hal ini juga menunjukkan pentingnya peran usus dalam regulasi glukosa di dalam tubuh. Akhirnya, temuan ini harus memungkinkan untuk mengusulkan pedoman gizi dan untuk menyoroti target terapi baru untuk mencegah atau mengobati diabetes dan obesitas.

Filipe De Vadder, Petia Kovatcheva-Datchary, Daisy Goncalves, Jennifer Vinera, Carine Zitoun, Adeline Duchampt, Fredrik Bäckhed, Gilles Mithieux. Microbiota-generated metabolites promote metabolic benefits via gut-brain neural circuits. Cell, January 2014

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S009286741301550X

untuk keterangan lebih lanjut bisa di klik pada tautan berikut :

http://www.sciencedaily.com/releases/2014/01/140114090822.htm