Studi Terbaru Mengenai Hubungan antara Minuman Berpemanis Tambahan dengan Risiko Stroke
Sebuah studi baru di Swedia menemukan bahwa peningkatan asupan minuman berpemanisdapat meningkatkan risiko stroke. Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Nutritionini, menunjukkanbahwa konsumsi minuman berpemanis dua porsi per hari dapat meningkatkan risiko infark serebral (sejenis stroke iskemik) sebesar 22%, dibandingkan konsumsi kurang dari dua porsi per minggu.
Susanna Larsson, Agneta Akesson, dan Alicja Wolk dari Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, mencatat adanya beberapa mekanisme biologis yang dapat mendukung asosiasi antara asupan minuman berpemanis tambahandengan risiko stroke. Diantara mekanisme tersebut adalah bagaimana konsumsi minuman berpemanis akan meningkatkan penanda peradangan, peningkatan kadar glukosa dan insulin darah serta mempromosikan risiko peningkatan berat badan dan komplikasi lain yang menyertai overweight atau obesitas.
Terkait Dosis
Secara independen, Profesor Marion Nestle dari Departemen Gizi, Ilmu Pangan, dan Kesehatan Masyarakat di New York University, mengatakan bahwa ini bukanlah studi pertama yang menunjukkan korelasi antara asupan minuman bersoda dan stroke, "akan tetapi, data dalam penelitian ini, menunjukkan efek terkait dosis.”
"Dalam studi ini, satu minuman ringan (8 oz = 237 ml) per hari berkaitan dengan peningkatan sedikit risiko stroke. Ini berarti, 2 minuman ringan (16 oz = 474 ml), berhubungan dengan peningkatan risiko stroke sebanyak 22%. Tidak ada yang khawatir dengan konsumsi minuman bersoda sesekali. Namun, jika hasil penelitian ini benar, maka terjadi peningkatan risiko stroke pada setengah penduduk yang rata-rata mengkonsumsi minuman bersoda setiap hari.
"Studi ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa minuman berpemanis meningkatkan risiko penyakit. Stroke, obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan penyakit gigi sebagai hasil dari kebiasaan konsumsi minuman ringan. "
Detail Penelitian
Larsson, Akesson, dan Wolk memeriksa data dari 32.575 wanita berusia antara 49 - 83 dan 35.884 pria berusia antara 45 - 79. Semua peserta bebas dari penyakit jantung, kanker, atau diabetes pada awal penelitian. Konsumsi minuman berpemanis, termasuk didalamnya minuman yang diberi tambahan gula murni atau pemanis buatan, diukur dengan food-frequency questionnaire.
Selamapenelitian, para peneliti mendokumentasikan 3510 kasus insiden stroke. Berdasarkan data yang ada, peneliti menyimpulkan bahwa dua porsi minuman berpemanis per hari,berhubungan dengan peningkatan risiko infark serebral sebanyak 22% dibandingkan dengan mengkonsumsi kurang dari dua porsi per minggu.
Para peneliti mengutip temuan dari uji coba dengan desain randomized, controlled, crossover,pada pria muda yang sehat. Studi tersebut menemukan bahwa konsumsi minuman berpemanis dalam tingkat rendah hingga moderate, dapat berdampak buruk pada partikel LDL (low density lipoprotein), kadar gula darah saat puasa, dan protein C – reaktif yang merupakan salah satu penanda peradangan.
"Konsumsi minuman berpemanis diketahui mampu meningkatkan kadar glukosa dan konsentrasi insulin dalam darah, serta telah dikaitkan secara positif dengan penambahan berat badan dan risiko diabetes tipe - 2," tambah para peneliti.
"Kegemukan dan obesitas serta diabetes tipe 2, merupakan faktor risiko untuk terjadinya infark serebral tetapi kaitannya dengan risiko stroke hemoragik masih belum jelas. Minuman berpemanis telah diketahui dapat mempromosikan berat badan karena tingginya tambahan gula/ kalori dalam minuman tersebut dan minuman tersebut tidak mengenyangkan sehingga dikompensasi dengan penambahan asupan makanan yang berlebihan."
Larsson, Akesson, dan Wolk menyerukan penelitian lanjutan yang lebih besar untuk mengkonfirmasi temuan mereka.