Kolik Infantil: Apakah Lebih dari Kolik ataukah Sekadar ‘gut feeling’?

3 min read /
Pertumbuhan & Perkembangan Mikrobiota Usus Berat Badan Lahir Rendah

Kolik infantil adalah keluhan yang paling sering dihadapi orang tua. Faktanya, sekitar 20% orang tua dengan anak yang sudah memasuki usia emapt bulan akan menghadapi kondisi keluhan atau gejala kolik (colicky symptoms).

Bayi yang sering menangis (crying child) merupakan kondisi yang sangat menyita perhatian orang tua terutama apabila response menangis bayi tidak mereda atau berkurang meskipun orang tua melakukan langkah langkah atau tindakan seperti mengelus, menyentuh atau upaya meredam tangisan anak lainnya. Pertanyaannya adalah, apakah ada yang bisa dilakukan dokter atau tenaga medis untuk membantu mengurangi atau mengatasi masalah ini? 

Pertanyaan inilah yang coba dijawab melalui suplementasi ilmiah terbaru dari Journal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition melalui bukti klinis dan bukti ilmiah lain yang mencoba melakukan kajian terhadap beberapa faktor yang mungkin menajdi penyebab kolik, diantaranya: 

Pada kajian yang dilakukan Burns dan Thapar pada aspek terkait embrionik dan postnatal dari sistem saraf enterik (ENS), diketahui bahwa terdapat bukti ENS bisa dipengaruhi oleh beberapa mekanisme terkait kondisi stres, infeksi ataupun perubahan pola nutrisi setelah lahir. 

Indrio dkk melakukan fokus kajian pada patofisiologi non-nutritif; kajian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat sedikit bukti yang mendukung peran subtansial dari gastroesophageal reflux (GER) or GERD pada sebagian besar kasus kolik infantil serta peran dari faktor hormonal seperti ghrelin dan motilin, termasuk efek positif yang dari suplementasi probiotik, dimana semuanya perlu dipelajari secara lebih lanjut.

Indrio dkk juga mengkaji lebih lanjut mengenai peran dari probiotik dalam penatalaksanaan kolik infantil dan mengajukan beberapa data menarik tentang manfaat klinis dari pemberian probiotik pada bayi atau anak dengan kelainan fungsional disertai penyakit organik. 

Di Lorenzo dalam kajian seputar early life events mengajukan beberapa isu terkait “vulnerable child”, dan menyimpulkan hal hal yang telah diketahui mengenai faktor faktor predisposisi dari kolik infantil. Menurut Indrio terdapat beberapa bukti ilmiah yang menunjukan bahwa pengalaman nyeri di awal kehidupan (early pain experiences) berhubungan dengan tingkat respon nyeri dikemudian hari. Mendiagnosis bayi atau anak yang berisiko kolik dapat mengurangi atau bahkan menghindari kemungkinan terjadinya kelainan fungsional di kemudian hari. 

Ha-Vinh Leuchter dkk mendiskusikan aspek terkait perilaku menangis yang ditemukan pada bayi atau anak dengan kolik dibanding dengan kelompok bayi atau anak tanpa keluhan kolik (non-colicky babies). Hasil observasi Ha-Vinh Leuchter dkk menunjukan bahwa irama sirkadian tangisan bayi dengan kolik tidak dipengaruhi atau tidak bisa diredam dengan langkah sentuhan atau stimulasi sensoris saja. 

Heine melihat hubungan antara alergi susu sapi dengan kolik infantil menunjukan bahwa pada kelompok bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif, langkah eliminasi susu sapi serta produk makanan mengandung protein tinggi selama masa kehamilan dan menyusui (maternal diet) berhubungan dengan berkurangnya durasi menangis dan rewel pada anak. Namun Heine belum mengkaji aspek lain terutama kelompok bayi yang mendapat asupan formula lain (diluar a=formula susu sapi dengan protein intak).

Artikel lengkap berjudul Infant Colic and Functional Gastrointestinal Disorder: Is There More Than a ‘Gut Feeling’? bisa diakses pada situs JPGN  melalui tautan:

http://journals.lww.com/jpgn/Fulltext/2013/12001/Infant_Colic_and_Functional_Gastrointestinal.2.aspx